Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PEMERINTAHAN YANG BAIK MENURUT UNDP 1997


K.D 3.2
INDIKATOR 6: PEMERINTAHAN YANG BAIK MENURUT UNDP TAHUN 1997

PENJELASAN :
  1. Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi strategis), Semua kegiatan pemerintah di berbagai bidang dan tingkatan seharusnya didasarkan pada visi dan misi yang jelas dan jangka waktu pencapaiannya serta dilengkapi strategi implementasi yang tepat sasaran, manfaat dan berkesinambungan.

  2. Tata pemerintahan yang bersifat terbuka (transparan),  Wujud nyata prinsip tersebut antara lain dapat dilihat apabila masyarakat mempunyai kemudahan untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi tentang kebijakan, program, dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah.

  3. Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat, Masyarakat yang berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau pengambilan keputusan atas kebijakan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat, sehingga keterlibatan masyarakat sangat diperlukan pada setiap pengambilan kebijakan yang menyangkut masyarakat luas. 

  4. Tata pemerintahan yang bertanggung jawab/ bertanggung gugat (akuntabel), Instansi pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Demikian halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan. 

  5. Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum, Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya penuntasan kasus KKN dan pelanggaran HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta pengembangan budaya hukum. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan aturan dan prosedur yang terbuka dan jelas, serta tidak tunduk pada manipulasi politik.

  6. Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada konsensus,  Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif. Keputusan-keputusan yang diambil antara lembaga eksekutif dan legislatif harus didasarkan pada konsensus agar setiap kebijakan publik yang diambil benar-benar merupakan keputusan bersama.

  7. Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi, Wujud nyata dari prinsip profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya penilaian kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan dari upaya perbaikan atau peningkatan kualitas sumber daya manusia.

  8. Tata pemerintahan yang cepat tanggap (responsif), Aparat pemerintahan harus cepat tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta mengambil prakarsa untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.

  9. Tata pemerintahan yang menggunakan struktur & sumber daya secara efisien & efektif, Pemerintah baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan struktural sesuai dengan tuntutan perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan, menyusun jabatan dan fungsi  yang lebih tepat, serta selalu berupaya mencapai hasil yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia secara efisien dan efektif.

  10. Tata pemerintahan yang terdesentralisasi, Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan keleluasaan yang cukup untuk mengelola pelayanan publik dan menyukseskan pembangunan di pusat maupun di daerah.

  11. Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta dan masyarakat, Pembangunan masyarakat madani melalui peningkatan peran serta masyarakat dan sektor swasta harus diberdayakan melalui pembentukan kerjasama atau kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hambatan birokrasi yang menjadi rintangan terbentuknya kemitraan yang setara harus segera diatasi dengan perbaikan sistem pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta serta penyelenggaraan pelayanan terpadu.

  12. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan, Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik antara pusat dan daerah maupun antardaerah secara adil dan proporsional merupakan wujud nyata prinsip pengurangan kesenjangan. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan kesetaraan dalam hukum (equity of the law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif yang menciptakan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.

  13. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup, Daya dukung lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan yang tidak terkendali. Kewajiban penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan secara konsekuen, penegakan hukum lingkungan secara konsisten, pengaktifan lembaga-lembaga pengendali dampak lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara lestari merupakan contoh perwujudan komitmen pada lingkungan hidup.

  14. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar, Pengalaman telah membuktikan bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi seringkali berlebihan sehingga akhirnya membebani anggaran belanja dan bahkan merusak pasar. Upaya pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat dengan pasar baik di dalam daerah maupun antar daerah merupakan contoh wujud nyata komitmen pada pasar.
Sumber:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KELOMPOK 3 JERMAN XI A4 SMAN 1 TRENGGALEK



GRUPPE 3 :

*      ATIKA NOVIANTI                             (05)
*      INDRI ASTUTI                                   (13)
*      MARINA                                             (15)
*      MASRUROTUL MUFLIHAH              (16)

Am siebzehnten Dezember 2012
(dort Hamburg Park besichtigen)

Atika, Marina und Rotul joggen in Hamburg Park.
Atika                : Was? Freund in Indonesien? Herr Hadi Sohn?
Marina             : Oh mein Gott, wer ist er? Mein Liebe, hehe...
Rotul                           : Oooo, so? Er ist hier? [Berjalan sambil bertopang dagu]

Dann, sie zusammenkommen eine tourist.
Rotul                           : Wah, Marina, Atika ... gibt es Tourist!!! [rotul menggeret tangan Atika & Marina menuju arah turis itu. Mereka merapikan pakaian dan berdehem mengetes suara untuk persiapan melakukan dialog dengan turis itu] ein, zwai, drei,,,!
A+M+R            : Excuse me, good morning!
Indri                 : Oho, Guten morgen! Wie geht es dir?
A+M+R            : [melongo dan saling berhadapan sejenak, lalu sadar] Gut! Und du?
Indri                 : Danke gut.
Atika                : Ah, du sprichst deutsch.[malu-malu] Wie heiβt du?
Indri                 : Danke. Ich heiβe Indri. Und wie heiβen ihr?
Atika                : Ich heiβe Atika, und sie ist meine freundin.
Marina             : Hallo! Ich bin Marina.
Rotul                : Hallo! Ich heiβe Rotul. Was machst du, Indri?
Indri                 : Ich bin schülerin in die SMA klasse 2. Was machen ihr?
Marina             : Wir gehen auch in die DeutscheSchule klasse 2.
[kemudian berjalan pelan-pelan]
Rotul                : Erzähl mal, Indri. Woher kommst du?
Indri                 : Aus Indonesia, aus Sampit.
Atika                : Ummm,  Indonesia? [berbisik pada Marina & rotul tentang putra Pak Hadi, teman tetangganya Marina dari Indonesia]
Indri                 : Was ist denn los?
Atika                : ah, hehehehe,, Nein. Indonesia ist sehr interessant.
Marina             : Sampit, eine Stadt? wo liegt denn das?
Indri                 : Ja. Richtig. Auf Mittel-Kalimantan.
Rotul                : Was ist das Kalimantan? Ist das eine Provinz?
Indri                 : Nein, das ist eine insel. Sie ist sehr groβ. Übrigens, kommt ihr alle aus Hamburg?
Atika                : Nein, Rotul kommt aus München.
Indri                 : Dann, wo wohnt ihr?
Marina             : Ich wohne in Bremen, in der GoetheStraβe zwölf.
Rotul                : In München in der BergStraβe elf.
Atika                : Und ich auch bin aus Bremen. Ich wohne in Dresden jetzt in HarbeStraβe.
Marina             : Wie lange bleibst du in Deutschland?
[ada kursi taman. Mereka lalu duduk disana]
Indri                 : Zwei wochen. Vom sechzehnten bis einunddreiβigsten Dezember.
Rotul                : Dann, wo bleiβst du in Deutschland?
Indri                 : Bei familie Julia in Hamburg. Sie ist meine freunde.
Atika                : Erzähl mal, Indri. Was machst du in den ferien jetzt?
Indri                : Ich mit Julia fahren nach Starnberg und  besichtigen die Stadt. Dann, am zwanzigsten besuchen wir das Deutsche Museum in München. Danach, am fünfundzwanzigsten dezember fahren wie weiter nach Neuschwanstein und Linderhof und besichtigen die Schlösser.
Marina             : Wow... Super interessant!!!
Indri                 : Ja, natürlich.
Rotul                : Übrigens, was weiβt du von Neuschwanstein und Linderhof, Indri?
Indri                : emmmmm,,, Das sind Schlösser. Die Schlösser liegen in Süddeutschland. Sie sind sehr bekannt.
Rotul                : Ja. (hening sebentar) Moment! Wann fahrt ihr nach Stanberg?
Indri                 : Wir fahren am achtzehnten Dezember. Warum?
Atika                           : Am achtzehnten? Am Sonntag? Da sind wir auch will in Starnberg. Wir machen zussamen eine Exkursioner. Wir will besuchen Berlin, und besichtigen dort das Schloss, das Brandenburger Tor,  dann wir besuchen Museen.
Indri                            : Phantastisch!!! Berlin ist schön! [melihat jam] Ok, Rotul, Marina, Atika. Ich muss jetzt gehen. Tschüβ!
A+M+R            : Tschüβ, Indri! Viel spaβ!!!

Am zwanzigsten Dezember.
(In die Stadt, Starnberg)

Rotul                : Hey...Hey, dort du sieβt ! Sie,, ist...... Indonesia. Wer ist sie??  Ah..... Indri!
Atika                : Wo ist sie?
Rotul                : Sie stehnt dort.
[mereka berjalan ke arah Indri dengan rasa penasaran]
Marina             : Entschuldigung, bist du Indri?
Atika                : Ja. Und ihr......... err....... Rotul, Marina, Atika, richtig?
A+M+R            : Ja, richtig! Wie geht’s?
Indri                 : Danke gut. Und ihr?
A+M+R            : Prima!
[jalan-jalan sebentar, kemudian berhenti, jalan lagi]
Atika                : Übrigens, was machst du hier, Indri?
Indri                 : Ich besuche freunde bei Julia und besichtige die Stadt. Dann, wohin fährt ihr?
Marina             : Wir machen zusammen eine exkursionen nach Garmisch.
Indri                 : Garmisch? Wohnt sie in Nord-Starnberg? Eine Provinz?
Rotul                : Nein. In Ost-Starnberg, in SeeStraβe. Sie ist bekannt.
Indri                 : Gibt es dort auch hotels oder see?
Atika                : Ja, natürlich. zum Beispiel Starnberg See und DeStar hotel.
Indri                 : Garmisch, Starnberg See,,, sie sind interessant.
Rotul                : Ja, richtig!
Indri                 : Wie lange bleiben ihr in Starnberg?
Marina             : Wir bleiben hier drei Tage in Jugendhotel.
Atika                : Wann fahrst du nach Hamburg zurück, Indri?
Indri                 : Übermorgen.
Marina             : Und, wann fliegst du nach Indonesia zurück?
Indri                 : emmm.... am einunddreiβigsten Dezember. Wohin fahrt ihr dann?
Rotul                : Nach Garmisch.
Indri                 : Prima! Gute fahrt und viel spaβ!!!
A+M+R            : Danke. Tschüβ, Indri!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KERAJAAN SUNDA



KERAJAAN SUNDA

1.      LATAR BELAKANG KERAJAAN SUNDA
Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang terletak di bagian Barat pulau Jawa (provinsi Banten, Jakarta, dan Jawa Barat sekarang), antara tahun 932 dan 1579 Masehi. Berdasarkan sumber sejarah berupa prasasti dan naskah-naskah berbahasa Sunda Kuno dikatakan bahwa pusat kerajaan Sunda telah mengalami beberapa perpindahan. Menurut Kitab Carita Parahyangan, Ibukota kerajaan Sunda mula-mula di Galuh, kemudian menurut Prasasti Sanghyang Tapak yang ditemukan di tepi sungai Cicatih, Cibadak Sukabumi, Isi dari prasasti itu tentang pembuatan daerah terlarang di sungai itu yang ditandai dengan batu besar di bagian hulu dan hilirnya. Oleh Raja Sri Jayabhupati, penguasa kerajaan Sunda. Di daerah larangan itu orang tidak boleh menangkap ikan dan hewan yang hidup di sungai itu. Tujuannya mungkin untuk menjaga kelestarian lingkungan (agar ikan dan lain-lainnya tidak punah) siapa yang berani melanggar larangan itu, ia akan dikutuk oleh dewa-dewa. Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi, hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan. Kerajaan Sunda menguasai daerah Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang terkenal adalah Jaya Bhupati dan Sri Baduga Maharaja.

2. WILAYAH KEKUASAAN

Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16, (yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah. Menurut Naskah Wangsakerta, wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.

3. HISTORIOGRAFI

a)      Prasasti Kawali di Kabuyutan Astana Gedé, Kawali, Ciamis.
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, Niskalawastukancana, yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482). Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata, yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sapeninggal Jayadéwata, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya, Prabu Surawisésa (1521-1535), kemudian Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543), Prabu Sakti (1543-1551), Prabu Nilakéndra (1551-1567), serta Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579). Prabu Suryakancana ini merupakan pemimpin kerajaan Sunda-Galuh yang terakhir, sebab setelah beberapa kali diserang oleh pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten, mengakibatkan kekuasaan Prabu Surya Kancana dan Kerajaan Pajajaran runtuh.

b)      Padrão Sunda Kalapa
Padrão Sunda Kalapa (1522), sebuah pilar batu untuk memperingati perjanjian Sunda-Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Rujukan awal nama Sunda sebagai sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536 Masehi) . Prasasti itu ditulis dalam aksara Kawi, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai berikut:
Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda. Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).
Terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Tanggal prasasti ini diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD). Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.

d)     Prasasti Batutulis
Keterangan tentang Raja Sri Baduga dapat kita jumpai dalam prasasti Batutulis yang ditemukan di Bogor. Ia adalah putra dari Ningrat Kancana. Sri Baduga merupakan raja yang besar. Ia membuat sebuah telaga yang diberi nama Telaga Rena Mahawijaya. Ia memerintahkan membangun parit di sekeliling ibukota kerajaannya yang bernama Pakwan Pajajaran. Raja Sri Baduga memerintah berdasarkan kitab hukum yang berlaku saat itu sehingga kerajaan menjadi aman dan tenteram.

4.      ARKEOLOGI
Di situs purbakala Banten Girang, yang terletak kira-kira 10 km di sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, terdapat reruntuhan dari satu istana yang diperkirakan didirikan di abad ke-10. Banyak unsur yang ditemukan dalam reruntuhan ini yang menunjukkan pengaruh Jawa Tengah.

5.      AGAMA DAN BUDAYA
Agama dan budaya yang berkembang di kerajaan Sunda sangat identik dengan kebudayaan hindu. Pengaruh hindu ini rupanya cukup kuat, sehingga di dalam naskah sawakandarma yang juga disebut serat dewabuda  yang berasal dari tahun 1357 kasa atau 1435 M, masih kita temukan nama-nama para dewa agama hindu seperti Brahma, Wisnu, dan lain-lain. Sementara hasil kebudayaan yang berkembang pada masa itu  diantaranya seni sastra, lukis, ukir, gamelan, dan sebagainya.

6.      KESIMPULAN
Kerajaan Sunda merupakan kerajaan pecahan dari kerajaan tarumanegara. Kerajaan Sunda beribu kota di Parahyangan Sunda. Sementara itu menurut prasasti Astana Gede (Kawali – Ciamis) ibu kota kerajaan Sunda berada di Pakwan Pajajaran. Mengenai perpindahan kerajaan ini tak diketahui alasannya. Akan tetapi, hal-hal yang bersifat ekonomi, keamanan, politik, atau bencana alam lazim menjadi alasan perpindahan pusat ibu kota suatu kerajaan. Kerajaan Sunda menguasai daerah Jawa Barat untuk waktu yang lama, diantara rajanya, yang terkenal adalah Jaya Bhupati dan Sri Baduga Maharaja.

SUMBER:
1)      Kartodirdjo, sartono, dkk. 1977. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : Balai
Pustaka

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ShoutMix chat widget